Iklan - Geser untuk melanjutkan
Nasional

Berhaji dalam Keadaan Haid Apakah Boleh? Begini Penjelasan Konsultan Ibadah Daker Makkah

Global Sulteng
×

Berhaji dalam Keadaan Haid Apakah Boleh? Begini Penjelasan Konsultan Ibadah Daker Makkah

Sebarkan artikel ini
Berhaji dalam Keadaan Haid Apakah Boleh? Begini Penjelasan Konsultan Ibadah Daker Makkah
Konsultan ibadah Daerah Kerja Makkah Prof Siti Mahmudah menyebut bahwa perempuan yang ingin berhaji tetap harus mengikuti wukuf di Arafah meskipun dalam keadaan haid atau menstruasi. Foto: IST.

GLOBALSULTENG.COM – Konsultan ibadah Daerah Kerja Makkah Prof Siti Mahmudah menyebut bahwa perempuan yang ingin berhaji tetap harus mengikuti wukuf di Arafah meskipun dalam keadaan haid atau menstruasi.

Hal ini disampaikan dalam manasik bagi petugas haji perempuan di Sektor 7 Makkah, Sabtu (9/6/2024).

Iklan - Geser ke bawah untuk melanjutkan
Iklan - Geser ke bawah untuk melanjutkan

“Perempuan tetap wajib berangkat ke Arafah dengan niat umrah haji walaupun dalam keadaan haid, Ingat, haji adalah Arafah, maka tidak sah bila pada 9 Zulhijjah tidak hadir di Arafah,” ucapnya.

Siti Mahmudah menjelaskan bahwa haid tidak menjadi penghalang bagi perempuan untuk menjalankan ibadah haji.

Baca juga: Cerita Rokiah Adkur Aspinah, Jamaah Haji Lansia Bertemu Sahabat Baru di Makkah

“Berhaji dalam keadaan haid tetap sah dan tidak mengurangi kemabrurannya,” ujarnya.

Untuk Thawaf Ifadhah, Siti Mahmudah menyarankan agar perempuan yang sedang haid menunggu hingga suci jika masih memiliki waktu di Makkah.

“Jika tidak punya waktu lagi, perhatikan masa jeda suci, jika tidak melihat darah haid, segera mandi, gunakan pembalut yang rapat dan lakukan thawaf ifadhah dan sai, jika darah haid muncul kembali setelah thawaf, ibadahnya tetap sah,” tuturnya.

Baca juga: Pemberangkatan Jamaah Menuju Tanah Suci Capai 80 Persen, PPIH Intensifkan Persiapan Puncak Haji

“Namun jika menjelang pulang masih haid dan harus segera kembali ke Indonesia, boleh melakukan Thawaf Ifadah dengan menjaga darah haid menggunakan pembalut yang aman, mengikuti pendapat Ibnu Taimiyah, thawafnya sah dan tidak dikenakan dam,” tambahnya.

Siti Mahmudah menjelaskan, bagi perempuan yang harus meninggalkan Makkah dalam keadaan haid, tidak perlu melakukan Thawaf Wada.

“Cukup berdiri dan berdoa di hadapan Masjidil Haram untuk pamit pulang dari rumah Allah sebagai tamu Allah,” jelasnya.

Baca juga: Jamaah Haji Asal Tondo Palu Wafat di Rumah Sakit Nasional Saudi

Siti Mahmudah menambahkan, syarat sah umrah haji yakni niat umrah haji dengan miqat dari hotel dan menjaga larangan umrah haji sampai tahalul awal setelah melontar jumrah Aqobah pada 10 Zulhijjah.

“Lebih afdal, tahalul tsani dilakukan setelah melontar jumrah di hari tasyrik pada 11 dan 12 Zulhijjah serta melakukan Thawaf Ifadhah,” katanya.